Social Media, Fenomena Baru Dunia Usaha


Dunia maya atau Internet saat ini dipenuhi beragam interaksi – baik antarindividu maupun antarkomunitas – yang mengusung berbagai kepentingan. Melalui interaksi-interaksi ini, informasi mengenai apa pun dapat dengan bebas berkelana tanpa batas ruang, waktu, kelompok sosial, dan juga negara. Banyak pengamat dan ahli di bidang informasi teknologi, media dan komunikasi melihat perkembangan ini sebagai suatu ”ledakan” gerakan media baru yang disebut social media.

Cara termudah memahami social media adalah dengan membandingkan berbagai media komunikasi yang selama ini kita gunakan, seperti majalah, koran, televisi, radio, katalog ataupun video. Selama ini, isi media-media komunikasi itu dengan mudah dapat dikontrol dan diarahkan oleh si pemberi informasi. Bahkan, bagi mereka yang ingin menyampaikan informasi, masukan, ataupun unek-unek sekalipun harus lebih dulu melewati sensor sang editor atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, media-media itu juga memiliki keterbatasan dalam hal durasi waktu, panjangnya isi informasi, dan interaksi dengan audiens yang dituju.


Lain halnya dengan social media yang mengedepankan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi terbuka, di mana setiap orang mempunyai kesempatan untuk menyuarakan ide, pendapat dan pengalaman mereka melalui media online mereka sendiri (blog atau website), ataupun jaringan online sosial tertentu seperti YouTube, Facebook, MySpace, Blogger, Podcast, Twitter, Multiply dan Flickr. Blog dan beragam jaringan online sosial itu memungkinkan interaksi langsung dengan audiens yang dituju dan pendeteksian penerimaan secara real time atas topik atau isi informasi yang di-posting. Medium social media ini juga tidak mengenal keterbatasan waktu dalam hal ketersediaannya di Internet untuk diakses banyak orang, dan sangatlah mudah untuk digunakan berulang kali dan di-mix dengan beragam tipe posting seperti teks, audio, foto ataupun video.


Ketersediaan akses dan penetrasi penggunaan Internet di berbagai belahan dunia yang makin meningkat memungkinkan penggunaan social media “mewabah” hampir ke semua lini masyarakat dunia, baik untuk kepentingan pribadi, kelompok, maupun suatu usaha. Menurut data internetworldstats.com: pengguna Internet di Asia hingga kuartal kedua tahun 2008 telah mencapai 578 juta pengguna; disusul Amerika Serikat dengan 387 juta pengguna; dan Eropa yang memiliki 385 juta pengguna. Cina dan Jepang merupakan negara yang memiliki tingkat penetrasi Internet tertinggi di Asia; sedangkan Indonesia berada di peringkat kelima dengan jumlah 25 juta pengguna.


Dalam hal tingkat pengadopsian social media, hasil riset global yang dilakukan oleh Universal McCann di 29 negara hingga Maret 2008 menunjukkan bahwa 73% pengguna Internet global membaca blog yang saat ini berjumlah 184 juta blog. 57% pengguna Internet juga bergabung dengan berbagai jaringan online sosial untuk berbagi informasi, bersosialisasi, dan membentuk komunitas. 55% dari mereka meng-upload foto dan 22% meng-upload video pada jaringan-jaringan online sosial tersebut. Menilik beberapa data ini, jelas terlihat bahwa telah hadir medium komunikasi baru yang powerful di antara kita yang dapat menggapai banyak massa tanpa mengenal batas waktu dan ruang.

Perkembangan ini telah mengubah sudut pandang dan strategi para pengusaha, marketer/pengiklan, ataupun mereka yang bergerak di bidang kehumasan dalam mengomunikasikan pesan atau produk tertentu, mendapatkan informasi, dan interaksi dengan target audiens/konsumen yang dituju. Blog menjadi ajang tukar wacana antara perusahaan dan konsumen. Perusahaan teknologi seperti Intel, Dell dan IBM menggunakan blog dan beragam jaringan online sosial untuk berkomunikasi dengan konsumen dan stakeholder mereka.

Facebook juga telah sukses menjadi medium yang tidak hanya berguna untuk ajang sosialisasi, melainkan juga sebagai ajang promosi atau ajakan untuk melihat acara-acara tertentu para penggunanya. Dalam waktu seminggu, saya sebagai salah satu pengguna Facebook, bisa memperoleh rata-rata empat-lima informasi baru tentang acara ataupun produk baru yang sedang/akan diluncurkan – salah satu contoh efektif untuk berinteraksi dengan target audiens/konsumen dalam waktu yang singkat.


Tidak dapat dimungkiri bahwa dari sekian juta blog pribadi yang berseliweran di dunia maya, ada saja yang kurang bermutu atau tidak sesuai dengan ketertarikan individu/usaha yang beragam. Namun perlu diingat, kita bisa berharap beberapa persen dari blog-blog tersebut pasti ada yang sedang atau kerap membicarakan industri atau usaha yang sedang kita geluti, memberi masukan positif (atau hujatan) tentang produk/jasa suatu perusahaan. Juga, memberi ”bocoran” informasi tentang apa yang sedang dilakukan oleh para kompetitor dan tren yang sedang berlaku di pasar. Dalam hal ini, diperlukan ketelitian dan kemauan untuk menyaring blog-blog yang ada agar dapat digunakan untuk kepentingan positif suatu usaha.

Banyak CEO perusahaan dunia yang terjun langsung dalam ajang social media ini dengan mempunyai blog khusus yang mereka tulis sendiri secara reguler sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan internal dan eksternal audiens. Beberapa dari mereka adalah Jonathan Schwartz (Presiden & CEO Sun Microsystems), Bob Lutz (Vice Chairman General Motors), Randy Baseler (VP Pemasaran Boeing Commercial Airplanes), dan John Dragoon (Chief Marketing Officer Novell). Sementara itu, agar dapat selalu berada di lini depan dalam hal thought leadership di bidang kehumasan, perusahaan konsultan kehumasan berskala global seperti Ogilvy Public Relations dan Edelman, ataupun yang berskala nasional seperti Maverick, juga terlihat aktif dalam kegiatan blogging, berpartisipasi dalam komunitas online, dan penggunaan beragam medium social media sebagai sarana komunikasi bagi klien mereka.

Melihat beberapa contoh di atas, jelas bahwa dengan adanya social media ini, pergerakan informasi yang transparan dan real time menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Diharapkan dunia usaha nasional – baik yang berskala besar maupun kecil – tidak ketinggalan dalam mengantisipasi perkembangan global di dunia maya ini. Mulailah dengan cara yang paling gampang: mendengar/membaca apa yang sedang diperbincangkan di medium social media yang sesuai dengan dunia usaha Anda, dan di mana memungkinkan, ikut berpartisipasi dengan menyuarakan pendapat yang tentu saja berbobot dan dapat menambah kredibilitas usaha ataupun merek yang Anda usung.


Pada saat Anda siap untuk terjun lebih serius dalam kegiatan social media dan terbuka menerima segala masukan publik ataupun stakeholder lainnya, internal blogging, public blogging, ataupun pembuatan website perusahaan dapat menjadi langkah lanjutan sebagai salah satu strategi usaha untuk lebih mendekatkan produk, layanan ataupun merek Anda di tengah-tengah konsumen yang makin lama makin kritis, aktif, dan melek teknologi.


By: Heru Cahyono** di postingkan dari tugas kuliah Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten