Kiat-Kiat Mengendalikan Amarah

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumudin memberikan kiat-kiat untuk mengendalikan marah.

A. Ingat Keutamaan Menahan dan Mengendalikan Marah

Ketika tersinggung,merasa tidak nyaman, dan dongkol, sebaiknya kita segera bertafakur,serta ingat-ingat keutamaan marah.
Ketika kita disakiti, itu adalah kesempatan menahan marah. Kalau kita tidak pernah di sakiti , kapan kita bisa menahan marah? Disamping itu, orang yang bisa menahan marah, lebih dekat kepada apa yang di contohkan Rasul. Orang yang menahan marah,benar-benar akan terangkat derajatnya.
Ketika orang yang menyakiti , kita bisa memaafkan. Yakinlah , orang yang tenang dan mampu menahan marah justru akan membuat pribadinya semakin memesona

B. Ingat Kemurkaan Alloh

Ketika kita marah,mulailah berfikir, “Kalau marah, berarti saya akan mendzalimi orang lain,saya merasa berkuasa atas orang lain,padahal Alloh lebih berkuasa atas diri saya. Sekarang saya akan menyakiti hamba Alloh, apakah saya siap menanggung kalau nanti dibalas oleh Alloh SWT?” , siapkah kita menanggung kemurkaan Alloh?Pantaskah kita berlaku dzolim kepada mereka, padahal Alloh Maha Melihat setiap kedzaliman yang kita lakukan?beranikah kita? Na’udzubillahi min dzalik.

C. Ingat Kemurkaan Orang Yang Kita Marahi

Ketika kita memarahi seseorang maka renungkanlah; bagaimana kalau dia nanti sakit hati. Kemarahan akan menyebabkan hatinya terluka. Bisa jadi, itu akan menimbulkan rasa dendam dan benci. Apalagi kalau dia merasa teraniaya karena kemarahan kita.Doa orang yang teraniaya akan diijabah oleh Alloh SWT.
Oleh karena itu jangan menyakiti siapapun. Siapa tahu orang yang kita sakiti ternyata mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Alloh. Bisa jadi dia tidak membalas, Akan tetapi Alloh lah yang akan mengingatkan kedzliman kita.

D. Ingat Kejelekan Wajah ,Saat Kita Marah

Kata-kata orang yang sedang marah, rendah sekali mutunya. Bahkan seringkali tidak seimbang antara kata-kata yang keluar dengan status yang di sandangnya. Hal ini sudah pasti akan berdampak kepada kejelekan wajahnya.

E. Renungkan Mengapa Kita Marah

“Apa yang membuat saya marah? Apakah saya harus merelakan diri saya di perbudak syetan? Apakah marah ini menyelesaikan masalah? Atau menjerumuskan?”
Kemudian renungkan , siapa yang menghendaki kita marah? Apakah memang karena masalah? Atau karena bisikan syetan yang terkutuk? Apa sih yang kita inginkan dari marah ini? Apakah kita ingin orang mengerti , atau kita sadar memuntahkan kekesalan? Dengan terus bertanya, Insyaalloh akan menghentikan kemarahan.
Untuk itu , kita harus bertekad menahan marah. Walaupun ada marah yang di halalkan, tetapi bukan berarti kita boleh menghalalkan setiap kemarahan. Oleh karena itu, belajarlah untuk bisa memaafkan orang lain.
Suatu ketika , menantu Rosululloh, Imam Ali, pernah di maki-maki oleh seseorang. Namun Imam Ali tidak marah. Beliau malah memberikan uang kepada orang itu setelah kemarahnnya tumpah. Akibatnya, orang itu malu sendiri dan dia bertaubat dari kejahatanya.

(Dikutif dari MANAJEMEN AMARAH , Karya KH. Abdullah Gymnastiar)