Ketergantungan akan pengaruh Barat

Ketergantungan dengan sesama manusia tak bisa dihindarkan. Manusia yang selalu dianggap makhluk sosial dan membutuhkan orang lain selalu diagung-agungkan. Tidak terlepas dari itu semua, kita tidak bisa hidup secara individu. Itulah yang terjadi pada masa dahulu hingga sekarang.

Ketergantungan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membuat kita lupa, kenapa kita tidak bisa menciptakan dan hanya bisa meniru? Dunia Barat yang makin ganas dengan modernisasinya, membuat kita bersujud akan ciptaan dari negara maju tersebut. Kita tergila-gila dengan kemajuan dunia ciptaan Barat. Dengan kata lain, kita selalu bercermin ke dunia Barat, dan kenapa kita belum bisa bercermin pada diri sendiri? Pertanyaan yang mendasar yang belum bisa kita jawab sampai sekarang.

Dari segi demokrasi misalnya, akibat kebebasan berdemokrasi dan bercermin pada Barat mengakibatkan pers yang selama ini terkekang malah memberikan pengaruh negatif pada masyarakat terutama kalangan remaja dan anak-anak. Contohnya saja, majalah ataupun tabloid untuk orang dewasa yang menampilkan pornografi dan dianggap seni oleh orang yang membuatnya. Tempat menjual majalahnya pun pada tempat umum dan bisa saja dilihat oleh kalangan remaja dan anak-anak.

Di dunia Barat hal ini sudah lumrah. Remajanyapun sudah menganut free sex, yang tidak cocok dengan budaya ketimuran. Apa jadinya negeri ini, jika generasi penerusnya hanya condong pada tren ala Barat. Namun, tidak bisa dipungkiri kita bangsa yang dianggap masih berkembang masih membutuhkan bantuan dari luar, baik itu dari segi ekonomi, politik maupun pendidikan. Kita tidak bisa terlepas dari dunia Barat.

Kalau kita lihat, di dunia keartisan misalnya, mana yang kita pilih, artis lokal dari Indonesia atau artis Hollywood. Kebanyakan kita akan memilih artis Hollywood yang terkenal seperti Brad Pit atau Angelina Joli. Kenapa kita selalu membandingkan kualitas dalam negeri dengan kualitas luar negeri? Ibaratnya kita lebih mengunggulkan semua kemajuan yang ada di luar daripada dari dalam negeri sendiri.

Kita tidak sadar dan tidak percaya diri akan kualitas yang ada dari dalam negeri. Padahal kita memiliki kekayaan yang tidak dimiliki oleh dunia Barat. Dari segi alam kita tidak akan terkalahkan, namun kenapa kita selalu saja meragukan segi kemampuan atau SDM (Sumber Daya Manusia) yang kita miliki selama ini. Kita mampu, namun masih meragukan kemampuan yang dimiliki. Untuk mengolah sumber daya alam, kita selalu saja tergantung pada inverstor dari luar. Hampir semua kekayaan alam yang kita miliki, uangnya juga banyak dialirkan ke luar alias negara Barat.

Ketergantungan ini tidak bisa lepas sampai kapanpun. Secara tidak sadar, kita menjadikan arus modernisasi ala Barat suatu dogma yang sudah mengalir dan menguasai seluruh hidup kita. Kita juga telah menjadikan Barat sebagai kiblat, namun bukan dari segi keagamaan tetapi dalam bidang ekonomu, politik dan pendidikan.

Dari segi pendidikan sendiri, kita lebih memprioritaskan untuk belajar ke luar negeri atau menuntut ilmu ke Eropa. Dengan kata lain, mutu pendidikan di luar sana lebih bagus. Anggapan seperti itu membuat dunia pendidikan dalam negeri seakan-akan masih rendah. Padahal banyak kalangan intelektual dari Indonesia yang lebih bagus kualitasnya daripada negara-negara Barat.

Hal ini juga tidak terlepas dalam istilah yang sering kita sebut, yaitu tren. Kita hanya menjadikan belajar ke luar negeri itu sebatas tren. Selain itu, juga ada anggapan bahwa negara-negara Barat memiliki kualitas yang tinggi dari segi pendidikan.

Sampai kapan pun kita akan selalu tergantung pada kekuasaan Barat. Menjadikannya sebagai suatu yang diagung-agungkan, walaupun secara tidak langsung kita tidak menyadarinya. Kita telah dikuasai secara perlahan-lahan sampai ciri khas budaya ketimuran makin lama akan tenggelam oleh dominasi Barat. Filterisasi yang dilakukan selama ini terbuang sia-sia. Pertanyaan besar yang hanya bisa dijawab oleh pribadi kita sendiri, kenapa kita selau tergantung pada Barat? Sebuah pertanyaan yang selama ini kita abaikan dan memiliki makna yang besar terhadap perkembangan bangsa Indonesia khususnya dan budaya Ketimuran umumnya. Oleh : Najmi (Mahasiswi Sejarah Unand)