Renungan Jumat – dimana Allah ?

Bismillah

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Perkenankan saya menulis sebuah cerita yang semoga bisa diambil manfaatnya oleh kita kita.

Seperti biasa setiap hari minggu masjid kampus UGM mengadakan kajian. Dari itu yang datang lumayan banyak. Karena datang terlambat saya tidak tahu pasti apa tema hari itu. Sayapun segera mengambil posisi duduk diantara kerumunan jamaah lainnya. Dari kajian yang sekitar satu jam itu ada sebuah kalimat yang masih saya ingat.

“Ternyata kita lebih takut kepada manusia ketimbang kepada Allah”

* Kita malu, takut sehingga membuat kita tidak menonton blue film atau melakukan hal lainnya jika ada orang tua kita di rumah. jika rumah kosong kitapun melakukannya. Dimana Allah ? lebih takutkah kita kepada orang tua ketimbang kepada Allah ?

* Ketika kita sedang nonton blue film dan tiba tiba temen datang mengetuk pintu maka kita akan buru buru mematikan komputer kita. Dimana Allah ? lebih takut dan malukah kita kepada teman ketimbang Allah ?

Masih banyak lagi perilaku perilaku kita yang menunjukan kita lebih takut kepada manusia ketimbang kepada Allah.

Ini berbeda sekali dengan kisah pada zaman kholifah Umar R.A. ketika umar sedang berkeliling didengarnya sebuah percakapan antara seorang ibu dan anak perempuannya. Saat itu ibunya meminta anaknya agar mencampur susu dengan air. sang anak menjawab, “bagaimana jika Kholifah umar melihat bu ?”. ibunya balik membalas, ” kan umar tidak tahu saat ini”. dari mulut anaknya terdengar jawaban yang begitu mulia. “meski umar tidak melihat, tapi Allah tahu bu”.

Mendengar jawaban itu umar segera pulang dan meminta salah satu anaknya segera menikahi anak gadis itu. Singkat cerita, dari mereka lahirlah anak perempuan yang lebih dikenal dengan nama ummi ashim. Kemudia ummi ashim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Dari perkawinan inilah lahirlah Umar bin Abdul Aziz.saya yakin banyak diantara kita tahu siapa Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah besar dari bani umayah.

Saya yakin semua dari kita menginginkan akan lahirnya generasi generasi yang bisa membawa perubahan pada Indonesia, dunia dan islam pada khususnya. Marilah mulai kita tanamkan pada diri kita sifat seperti anak perempuan penjual susu tadi. meski kita tidak melihat Allah yakinlah jika Allah melihat kita.

Mohon maaf jika ada salah dikata. Yang baik datangnya dari Allah semata sedangkan kalo ada kesalahan dari saya yang hanya manusia biasa.

wassalamualaikum