The Power Of Listening - Berempati


“Semenjak belajar mendengarkan orang lain, saya jadi lebih mengerti permasalahan yang sebenarnya terjadi. Hal ini sangat membantu saya dalam menyelesaikan masalah, apalagi masalah yang berhubungan dengan anak buah,” ujar Dina (30), seorang Account Manager sebuah agensi periklanan.

setiap orang ingin didengarkan, tidak ada seorang manusiapun yang ingin diabaikan. Tapi permasalahannya kita sebagai manusia cenderung fokus terhadap diri sendiri dan cenderung tidak merasakan perasaan orang lain. Dan dari sanalah, permasalahan mulai muncul. sang Anak yang tidak cocok dengan orang tuanya. Karyawan dengan Pimpinan Perusahaan. Sampai dengan kita dengan kekasih / pasangan kita.

Tapi bagaimana jika kita bersedia mendengarkan perasaan orang lain, baik melalui ucapan2 nya maupun tingkah lakunya ? Kita dengan segera akan menyadari apa yang menjadi permasalahan sebenarnya dan lebih mengerti akar penyebab maupun solusi untuk hal2 tersebut.

Lalu bagaimana cara mendengarkan ini diasah ? pertama2 kita perlu belajar mendengarkan diri sendiri, perasaan kita sendiri dan kata hati kita sendiri. Believe it or not, kita begitu jarang mendengarkan perasaan dan kata hati kita sendiri. Hampir setiap orang mengabaikan perasaan terdalamnya dan suara anak kecil di hatinya. Dan dari sana muncullah konflik batin dan ketidak bahagiaan pada diri kita sendiri.

Karena sejak kecil kita cenderung dilatih menggunakan analisa dan logika, yang cenderung mengabaikan faktor perasaan dalam pengambilan sebuah keputusan. Habbit / Kebiasaan ini perlu dibreak agar menjadi balance. Sebagai contoh, demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, seorang pimpinan perusahaan berpikir keras dengan logikanya agar dengan menambah jam kerja karyawan dan menguras tenaga mereka sebanyak2nya, maka ia berpikir perusahaan akan lebih produktif. Walaupun sebenarnya dalam hati kecilnya menentang keputusannya itu, ia mengabaikan perasaannya tersebut. Suara hatinya menyadari bahwa hal tersebut tidak benar, juga tidak akan efektif pada akhirnya. Semakin lama dilakukan, maka konflik batin akan semakin menguat di bawah sadarnya. Dan suatu hari konflik tersebut muncul sebagai depresi dan penyakit.

Dengan berfokus kepada diri sendiri dan bersandar pada logika, kita cenderung mementingkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain. Dengan menggunakan suara hati dan perasaan kita, kita cenderung melihat orang lain juga adalah diri kita. Kita merasakan apa yang mereka rasakan. Secara alamiah kita mendengarkan perasaan orang lain melalui ucapan dan tingkah lakunya. Kita akan lebih memahami mereka. Dan kita akan menyadari bahwa hubungan antar manusia sebenarnya adalah hubungan dari hati ke hati.