Teori Tentang Belajar

A. Prolog

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:

1. adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2. adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
4. adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5. adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6. adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).

B. Makna dan Tujuan Belajar

Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan, dan kita semua mempunyai alat-alat yang kita perlukan untuk memuaskannya. –salah satunya dengan belajar. Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, kemudian para ahli ilmu jiwa belajar berusaha merumuskan apakah belajar itu. Maka dibawah ini sengaja dikutipkan tentang makna-makna belajar oleh para ahli yang antara lain;

1. menurut Cronbach, dalam bukunya Aducational Psychology, 1945, hlm. 47 (Sumadi Suryabrata, 1984, hlm. 215), mengatakan:

”Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.

Jadi, menurut Cronbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dengan mengalami itu si pelajar menggunakan panca indera.

1. menurut Berelson dan Steiner, dalam bukunya Human Behavior, 1964, hlm. 135, mengemukakan:

“Learning; change in behavior result from previous behavior in similar situations”

Dengan demikian, menurut batasan di atas, yang tidak begitu jauh dengan batasan Cronbach, belajar dalam pengertian yang lebih luas mengacu kepada akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pengalaman, baik secara langsung maupun secara simbolik, terhadap tingkah-laku berikutnya.

1. menurut Robert M. Gagne, dalam bukunya The Ccnditions of learning, 1977, hlm. 3 mengemukakan:

“Learning is a change in human disposition of capacity, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth”.

Tegasnya, menurut Gagne, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah-laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa, dalam artian perubahannya menuju pada kesempurnaan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial)

b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan perbuatan sengaja)

Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi (to live in) suatu lingkungan belajar tertentu seperti contohnya: kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, dan menerima pendapat orang lain.

Dari uraian di atas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini di tandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.

2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi, semua itu lebih cenderung pada faktor lingkungan dan keluarga (dalam arti tergantung pada keadaan).

C. Beberapa Toeri Tentang Belajar

Dalam hal ini secara global ada tiga teori yakni:

1) Teori ilmu jiwa daya (faculty psychology). Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam daya. Masing-masing daya, agar memenuhi fungsi dengan tepat, dapat dilatih dengan berbagai latihan. Dengan demikian, tugas pendidikan ialah menimbulkannya dengan latihan guna memperoleh pengetahuan.

2) Teori koneksionisme (connectionism). Teori ini dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949). Menurut pendapatnya, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus, respon dan sambutan.

3) Teori conditioning. Tokohnya ialah Ivan petrovitch pavlov (1848-1936), dengan “classical conditioning (persyaratan klasik)”-nya adalah refleks tak bersyarat yaitu suatu respon bawaan terhadap perangsang-perangsang, dalam arti bahwa ia memang tidak dipelajari (Cecco, 1968, hlm. 265). Baik dalam kehidupan hewan maupun manusia misalnya, keluarnya air liur anjing pada saat melihat makanan dan kedipan mata untuk merespon tiupan udara.

4) Teori Gestalt (Insight in learning). Menurut teori Gestalt, belajar adalah berkenaan dengan keseluruhan individu dan timbul dari interaksinya yang matang dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini, kemudian tersusunlah bentuk-bentuk persepsi, imajinasi dan pandangan baru yang kesemuaannya membentuk pemahaman atau wawasan (insight), yang bekerja selama individu melakukan pemecahan masalah.

D. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu banyak sekali, antara lain:

1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, dan ini digolongkan jadi dua golongan, yaitu

a) faktor non-sosial dalam belajar

kelompok faktor ini boleh dikatakan tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang dan malam), tempat (letaknya, pergedungan).

b) Faktor-faktor sosial dalam belajar

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (misalnya hadir dalam kelas) maupun kehadiarannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir (misalnya keterlambatan si pelajar mengikuti pelajaran).

1. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

a) faktor-faktor fisiologis dalam belajar

faktor ini dapat dibedakan menjadi dua bagian:

º keadaan tonus jasmani pada umumnya

keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat melatar belakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar (sakit).

º Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera.

Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca indera. Baiknya fungsi panca indera merupakan syarat dapat belajar dengan baik.

b) Faktor-faktor psikologi dalam belajar yang meliputi antara lain: perhatian, pengamatan, tanggapan dan variasinya, fantasi, ingatan, berfikir, perasaan dan motif-motif.

E. Kesimpulan

Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan, dan kita semua mempunyai alat-alat yang kita perlukan untuk memuaskannya. –salah satunya dengan belajar. Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, kemudian para ahli ilmu jiwa belajar berusaha merumuskan apakah belajar itu. menurut Cronbach, dalam bukunya Aducational Psychology, 1945, hlm. 47 (Sumadi Suryabrata, 1984, hlm. 215), mengatakan: ”Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Jadi, menurut Cronbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dengan mengalami itu si pelajar menggunakan panca indera. Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Antara lain; Untuk mendapatkan pengetahuan, Penanaman konsep dan keterampilan, Pembentukan sikap.

DAFTAR PUSTAKA

* Abror, Abd. Rachman, 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

* DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki; penerjemah, Alwiyah Abdurrahman; penyunting, Sari Meutia, 2002. QUANTUM LEARNING: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

* Mustaqim dan Abdul Wahib, . Psikologi Pendidikan. :Rineka Cipta.

* Sardiman, A.M, 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

* Suryabrata, Sumadi, 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

* Walgito, Bimo. 1985. Psikologi Umum. Yogyakarta; Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.