Mencari corak gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Sebagai Pembuka
Hampir satu abad muhammdiyah berkiprah untuk membangun bangsa dan mencerahkan umat. Sebagai organisasi terbesar kedua setelah NU dan organisasi yang mempunyai amal usaha terbanyak di negeri ini, muhammadiyah sudah tidak diragukan lagi eksistensinya. Banyak pemimpin, intelektual, cendekia, ulama dan tokoh besar negri ini yang lahir dari muhammadiyah. Dengan gerakan tajdid dan purifikasi muhammadiyah memposisikan diri sebagai organisasi “modern” dan bisa diterima di semua kalangan.

Selain itu muhammadiyah juga sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar yang merupakan hasil kajian/pendalaman dari Qs Ali Imron :104 dan 110. Untuk membantu dalam melakukan dakwah, muhammadiyah membentuk ortom-ortom yang disesuaikan dengan lahan dakwah masing-masing, antara lain Aisyiah, Nasiatul Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar muhammadiyah dll. Kita fokuskan pada Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi berbasis pelajar didirikan sebagai bentuk respon terhadap penjagaan ideologi pelajar dari ideologi komunis yang berkembang pada saat itu. Selain itu, IPM berdiri karena sebuah keharusan bagi Muhammadiyah untuk menanamkan nilai-nilai ideology perjuangan Muhammadiyah kepada kader-kader yang kebetulan saat itu Muhammadiyah telah memiliki lembaga-lembaga pendidikan (sekolah). Karena itu perlu organisasi Muhammadiyah sayap pelajar yang nantinya konsen pada persoalan-persoalan pelajar dan dunianya serta sebagai gerakan kaderisasi muhammadiyah yang dapat melangsungkan visi muhammadiyah.
Jadi, kalau ada kader muhammadiyah lari dari muhammadiyah, kitalah (IPM) salah satu yang patut di salahkan, karena tidak bisa menjaga dan membina serta mereaksikan muhammadiyah dalam dirinya. Oleh karena itu metode gerakan IPM harus relevan dengan kondisi pelajar sekarang.

Sebagai Pengantar
Gerakan Kritis Transformatif muncul karena keterpakasaan dengan perubahan nama Ikatan Pelajar Muhammdiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan perubahan tersebut mau tidak mau paradigma gerakan harus berubah dan mulai masuk keranah sosial. Pada Muktamar XII dijakarta, IRM sudah mengarah ke gerakan sosial (social movement) kemudian dilanjutkan di Muktamar XIV di Bandarlampung, sampai mendeklarasikan diri sebagai Gerakan Kritis Transformatif, dengan ciri gerakan peka, sadar, dan peduli pada problem sosial, aksi nyata untuk melakukan perubahan, visioner dan memiliki sepirit kepeloporan. Secara normatif, praksis gerakaan Kritis Transformatif diharapkan menciptakan gerakan yang lebih progresif. Akan tetapi secara empiris, gagasan dan praksis gerakan belum terinternalisasi secara mendalam pada tubuh gerakan kita. Butuh waktu sepuluh tahun untuk mencari komposisi yang tepat corak gerakan IRM, ditambah dua tahun untuk memantapkan diri mengadopsi ramuan Gerakan Kritis Transformatif sebagai paradigma gerakan IRM. Kenyatannya, sampai sekarang kesadaran Kritis Transformatif belum terealisasi secara sempurna.
Muktamar XV di medan muncul wacana back to school dengan kata lain ingin berubah menjadi IPM, walaupun dalam musyawarah yang berskala nasional ini belum bisa merubah IRM menjadi IPM tetapi terbentuk tim eksistensi yang tugasnya mengkaji perubahan nama tersebut. Akhirnya pada Tanwir Muhammadiyah tahun 2007 di Jogja, keluarlah Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammaadiyah No. 60/KEP/I.0/B/2007 tentang perubahan nomenklatur Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Lagi –lagi paksaan itu yang tergambar perihal keluarnya SK PP Muhammadiyah tersebut. Dengan berbagai macam gejolak pro dan kontra, pada Muktamar XVI di Surakarta IRM resmi menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Pertanyaannya sekarang adalah Apakah kita akan mencari selama sepuluh tahun lagi untuk menentukan paradigma gerakan IPM ?, Apakah masih relevan Gerakan Kritis Transformatif di pakai di IPM dalam konteks saat ini?

Sebagai Bahan Kajian Bersama
Tanfids hasil Muktamar di Medan dan Musywil IRM Jawa Tengah di Pekalongan menerangkan bahwa basis masa IRM adalah remaja dan pelajar. Sehingga, secara tidak langsung arah kebijakan IRM menjurus pada problematika Pelajar yang notabene remaja. Hal ini dibuktikan dengan agenda aksi IRM yang lebih menitikberatkan pada kebutuhan pelajar, misalnya: gerakan iqro’, jurnalis sekolah / jurnalistik untuk pelajar dan genda aksi lain yang memuat nilai kritis transformatif. Artinya bahwa fondasi menuju gerakan pelajar dengan konteks saat ini telah dibangun. Sehingga proses pengkajian untuk memunculkan gerakan menyambut perubahan IRM – IPM tidak akan menghapus seluruh proses dialektika yang sudah dilalui.
Paradigma kritis masih relevan dikembangkan dalam kondisi sekarang ini. Nilai – nilai yang terkandung dalam paradigma kritis adalah sadar, peka, peduli dan berpartisipasi aktif sebagai subyek. Problematika pelajar yang terjadi saat ini diantaranya, kekerasan terhadap sesama pelajar, peredaran video porno di klangan pelajar, candu dan masih banyak lagi. Kondisi semacam inilah yang harus dikritisi dan sebagau acuan bagi gerakan IPM dalam konteks kekinian. Problematika diatas merupakan data empiris yang menggambarkan realitas, sehingga kajian-kajian untuk mengkritisi realitas sebagai landasan awal untuk berpijak lebih baik. (QS, Ali Imron :110) “kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. Kutipan ayat diatas harus memacu semangat IPM, kedepan harus aharus terlibat aktif pada persoalan-persolan riil dikalngan pelajar, sebagai the choosen organization, yaitu organisasi terpilih, organisasi agak baik, yang terdiri dari segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.

Sebagai Penutup
“Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah Organisasi Otonom Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar di kalangan pelajar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah”.(identitas IPM)
Berlandaskan identitas IPM diatas, Gerakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar dimaknai sebagai gerakan penyadaran dan pembebasan, penyadaran terhadap hal-hal yang membelenggu manusia, seperti kebodohan, dan kemiskinan, dan sekaligus membebaskan dari jeratannya. Kesadaran kritis transformatif juga dibagun dengan tujuan yang sama, dimana setiap kader juga di tuntut untuk selalu berpikir kritis terhadap lingkungan, dan juga mantransformasikannya menjadi sebuah gerakan. Salam Perubahan

Sebagai Pesan
Mari bangun budaya kritis dengan membaca, talaah, tulis dan aksi.