Makan bangkai saudara sendiri

Persaingan untuk merebut posisi sebagai Presiden dan Wakil Presiden semakin menghangat. Masa kampanye yang relatif pendek ini dimanfaatkan tim sukses masing-masing pasangan secara efektif. Mereka memanfaatkan berbagai media massa.

Paparan visi dan misi para Capres-Cawapres semakin intensif baik di lapangan maupun di televisi. Setiap hari dapat kita saksikan dialog antara kandidat dengan masyarakat yang disiarkan melalui televisi. Tentu saja yang demikian itu menguntungkan rakyat Indonesia, karena dengan demikian mereka dapat melihat dan mendengar secara langsung rencana yang akan Capres-Cawapres lakukan selama lima tahun ke depan jika terpilih.
Akan tetapi di antara paparan positif, ternyata kita juga menyaksikan sisi negatif mereka seperti kecenderungan tidak adil, kecenderungan berbuat gibah dan janji yang berlebihan. Kecenderungan tidak adil dapat kita lihat ketika satu pasangan mengungkapkan kekurangan pihak lain.
Mereka akan membeberkannya secara rinci, dibarengi dengan menyembunyikan kelebihan. Sehingga, terkesan program pasangan lain tidak ada yang baik. Sedang ketika menjelaskan programnya sendiri, mereka cenderung menonjolkan kelebihan dan menyembunyikan kekurangan. Sehingga, hanya programnyalah yang layak diterapkan untuk mengatasi berbagai persoalan negeri. Padahal Allah memerintahkan umat Islam untuk berlaku adil sekalipun kepada orang yang tidak kita sukai, karena adil itu lebih dekat kepada takwa (QS Al Maidah/5:8). Kalau belum mendapatkan kekuasaan saja mereka sudah berlaku tidak adil, bagaimana kelak ketika menduduki kursi kekuasaan?
Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa sesama orang Islam itu haram darahnya, haram hartanya dan haram kehormatannya (HR Bukhari). Membeberkan kekurangan dan kejelekan orang lain di media masa termasuk merendahkan kehormatan. Padahal Rasulullah SAW pernah memberitakan bahwa barang siapa menutup aib saudaranya maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat (HR Muslim). Mereka tidak mau menutup aib saudaranya, bahkan untuk meraih kemenangan mereka berani berbuat gibah, membicarakan aib orang lain di saat orang yang dibicarakan tidak hadir di situ. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa Allah menilai orang yang berbuat gibah itu seperti orang yang makan bangkai saudaranya sendiri (QS Al-Hujurat/49:12). Untuk meraih suatu kesuksesan, haruskah kita makan bangkai saudara kita sendiri? Tentu saja tidak. Ada cara yang lebih bermartabat dalam berkampanye, yakni dengan mengedepankan nilai-nilai moral yang diajarkan agama. Ada cara yang lebih terhormat dalam menyampaikan visi, misi dan program yakni dengan menghias pidato dengan norma susila dan etika bangsa Indonesia yang berbudi luhur. Hindari sikap menghalalkan segala cara. Bersiaplah menang dengan cara yang bermartabat, tapi jangan takut kalah dengan cara yang terhormat.
Yang terakhir, kecenderungan memberikan janji yang muluk-muluk memang mengundang simpati dan tepukan. Tetapi orang seperti ini cenderung tidak takut mengingkari janji. Padahal yang terakhir ini adalah salah satu ciri kemunafikan. Kalau satu pasangan belum terpilih saja sudah menunjukkan sifat kemunafikan, bagaimana kelak setelah terpilih? Sudah pasti sifat-sifat kemunafikan yang lain seperti mendustai perkataan sendiri dan mengkhianati amanat rakyat akan muncul juga.
Saudaraku, marilah kita jadi pemilih yang cerdas. Percayakan negeri ini kepada orang yang berkualitas dari segi moral dan intelektual. Jangan biarkan nasib bangsa ini jatuh ke tangan orang yang pandai beretorika tapi sebenarnya tong kosong berbunyi nyaring. - Oleh : Drs Ahmad Sukina, Ketua Umum Majlis Tafsir Alquran (MTA)