Integritas Moral

Pada 8 Juli, insya Allah bangsa Indonesia akan menggelar hajatan besar berupa Pemilu Presiden (Pilpres). Tiga pasangan Capres-Cawapres JK-Win, Mega-Pro, dan SBY-Boediono segera berkompetisi.

Tim sukses mereka segera akan berkampanye untuk memenangkan pasangannya.
Tentu saja dengan menawarkan visi, misi dan berbagai program untuk mengambil hati para pemilih.
Seperti biasanya, para juru kampanye akan menumpahkan banyak janji, untuk meraih simpati. Saudaraku, jangan mudah tertipu oleh janji-janji. Di tengah krisis keuangan global seperti ini, yang kita perlukan adalah bukti bukan janji. Kita patut curigai pasangan yang menawarkan janji yang muluk-muluk. Apalagi kalau pernah terbukti bahwa dia hanya tong kosong berbunyi nyaring.
Program pro rakyat yang disodorkan menjadi tidak bermakna bila para pendukungnya cacat moral dengan melakukan berbagai penyelewengan, pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang. Untuk itu, kita memerlukan pemimpin dan para pembantunya yang memiliki integritas moral yang baik dan kapasitas intelektual yang memadai.
Integritas moral seorang pemimpin dapat dilihat dari kepribadiannya. Integritas moral seseorang tidak bisa dikarbit, namun terbentuk melalui proses yang panjang dalam pembangunan kepribadian (character building). Orang yang memiliki integritas moral yang baik dapat dilihat dari penampilannya yang murah senyum, lembut dalam bertutur kata, sopan santun dalam beretika, dan taat dalam menjalankan agama. Orang seperti ini emosinya terkendali, tidak mudah marah, tidak suka mendendam, suka menjalin silaturahmi, sangat menghargai nilai persahabatan dan mengembalikan semua urusan termasuk kekecewaannya kepada Allah, Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Orang seperti ini biasa bekerja keras untuk mencapai tujuan, merasa bertanggung jawab demi tercapainya tujuan, namun tetap sadar akan keterbatasan kemampuannya dan menyerahkan semua hasilnya kepada Allah, Lahaula wala quwwata illa billah.
Dia tidak berani sombong dengan janji yang muluk-muluk dan tidak berani bohong karena takut kepada siksa api neraka. Rasulullah SAW pernah mengingatkan, ”Waspadalah kamu terhadap dusta karena dusta (bohong) membawa kepada kedurhakaan dan kedurhakaan membawa ke neraka.” Waspadai orang yang suka mengumpat, mencela dan membeberkan aib orang lain, karena dia jauh dari agama. Integritas moralnya rendah. Rasulullah SAW memberitakan bahwa orang yang menyembunyikan aib seseorang, maka Allah akan menyembunyikan aibnya kelak di akhirat.
Sedang kapasitas intelektual ditunjukkan oleh kemampuannya menyusun berbagai kebijakan pembangunan yang realistis, kemampuan mengomunikasikan kebijakan yang digariskan kepada publik, kemampuan mengelola dengan baik sumber daya, kemampuan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan berorientasi hasil. Tidak hanya pandai menyusun kebijakan, tetapi juga pandai mengontrol proses pelaksanaan sehingga menghasilkan produk yang bermanfaat bagi rakyat.
Walhasil, dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, Bismillah, mari kita pilih pasangan yang terbaik. Siapa pun yang terpilih semoga mereka dikaruniai dengan ketulusan dan kesungguhan bekerja demi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Amin.