“Hai Anak Muda, Andakah Dauzan Farook Berikutnya?”

“Berhentilah mencaci maki kegelapan. Lebih baik kau nyalakan secercah cahaya bagi mereka yang kegelapan. Tebarkanlah iman dengan cinta. Gubahlah dunia dengan prestasi. Jadikan hidupmu penuh arti, setelah itu bolehlah bersiap untuk mati. Kalau kelak dating hari perjumpaan, basahkan bibirmu dengan ucapan kalimat toyibah: Laa illaha illallah………….dari Harian Jawa Pos (Radar Jogja) Edisi 7 Oktober 2007”.

Menarik bagi saya membaca artikel khusus dari Koran Jawa Pos ini. Pikiran saya mundur sejenak sekitar 4 tahun lalu saat pertama sekali mendengar nama mbah Dauzan Farook dari seorang kawan di Masjid Syuhada Yogyakarta. Begitu banyak kawan-kawan muda yang terus mencaci maki ketidakideal-an kehidupan ini (negara ini). Tapi mbah Dauzan tidak demikian, saat usia tuanya yang semakin renta justru beliau semakin bijak dalam memaknai hidup. Perjuangannya di dunia literasi sangat patut kita acungi 2 jempol (4 bahkan akalau bisa). Sejak tahun 1990 dia berjuang di dunia literasi sampai beliau wafat pada hari Sabtu, 6 Oktober 2007 pukul 05.30 di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Dengan MABULIR-nya (Majalah Buku Keliling) dia telah berhasil memberi contoh kongkrit kepada semua orang (terutama buat anak muda) supaya tidak terus mengeluh, lebih baik berbuat daripada terus mengeluh. Perpustakaanya sangat berbeda dengan perpusatkaan yang lain, dia menggunakan TRUST (kepercayaan) sebagai asas dalam sistem peminjaman buku.

Sebelum meninggal dunia, dia sempat mendapat penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional, akhir tahun 2005, atas dedikasi dan sumbangsih pemikiran atas pengembangan perpustakaan dan minat baca masyarakat.

Mbah Farook juga menjadi icon pahlawan literasi di kota Jogja bahkan nasional, mbah Farook mengajarkan kepada kita untuk terus berbuat kepada orang lain. Seolah dia ingin berkata bahwa kalau mau menyadarkan masyarakat membaca adalah solusi kongkritnya, dan membuat perpustakaan komunitas adalah salahsatu jalannya. Saya terkadang malu juga dengan aksi jalanan yang dibuat oleh Mahasiswa akhir- akhir ini, sudah tak jelas apa yang diperjuangkan oleh mereka, lebih sering aksi jalanan mereka menghadirkan masalah baru yang merugikan masyrakarat, seperti macet, pecahnya kaca mobil, rasa was - was penumpang angkot dan masih banyak lagi yang dirugikan oleh aksi mereka ini.

Apa sebenarnya yang diperjuangkan oleh mahasiswa ini, belajarlah kalian pada mbah Fauzan Farook wahai anak muda……….Indonesia butuh aktivis kongkrit bukan aktivis tanggung, aktivis yang benar – benar berjuang untuk rakyat Indonesia