Film Politik Diputar di Jakarta Menjelang Pilpres

JAKARTA, KOMPAS.com--Film-film satir politik akan diputar di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) Jalan Palmerah, Jakarta, pada 19-20 Juni mendatang untuk menyambut Pemilu Presiden (Pilpres) 2009.

Wakil Ketua Pengelola BBJ, Paulina Dinartisti, di Jakarta, Kamis, mengatakan, film satir politik yang diputar kali ini semuanya diproduksi di Hollywood, Amerika Serikat (AS), meliputi All The King`s Men dan The Candidate (diputar, Jumat (19/6), serta Bulworth dan Wag the Dog (20/6).

"Keempat film ini tidak semuanya menyangkut pilpres, karena ada juga yang bertema pemilihan gubernur dan senator," katanya.

Menurut dia, pilpres secara langsung untuk kedua kalinya di Indonesia ini, sedikit banyak dipengaruhi oleh gaya kampanye dan komunikasi politik pilpres AS, seperti halnya mulai dari digunakannya polling/survey, "quick count", politik pencitraan, kampanye gaya pertemuan warga kota (town hall meeting), hingga pemanfaatan jasa para pakar komunikasi politik.

Pemutaran film ini diharapkan bisa menjadi perhatian bagi masyarakat pada saat menjelang pilpres di Indonesia yang akan dilaksanakan pada 8 Juli mendatang.

Ada pun film "All the King`s Men" sebelumnya telah meraih penghargaan sebagai film terbaik dengan Piala Oscar terbanyak tahun 1949. Film hitam putih ini, dibuat berdasarkan novel pemenang Pulitzer menyadur tentang karir Gubernur Louisiana, Huey Long, mulai dari proses terpilihnya sebagai gubernur hingga kejatuhannya.

"Film ini dibuat ulang pada tahun 2006 dengan judul yang sama dengan bintang Sean Peann, namun kurang sebagus film awalnya," ujarnya.

Sedangkan film "The Candidate" (1972) dibintangi Robert Redford mengisahkan perebutan kursi senator California, dan film "Bulworth" (1998), dibintangi dan disutradarai Warren Beatty, yang masih bercerita tentang pemilihan senator California.

Film terakhir, Wag the Dog (1997), disutradarai oleh Barry Levinson, dan dibintangi oleh Robert De Niro dan Dustin Hoffman, mengisahkan tentang presiden yang akan dipilih ulang tapi terlibat skandal pelecehan seksual terhadap seorang gadis di bawah umur.

"Dalam film ini, diceritakan presiden berusaha mencari upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat AS dengan segala trik dan tipu daya," ujarnya.